Rabu, 20 Mei 2009

Narkoba, Perlu Diintensifkan Peran Teman Sebaya

Di zaman globalisasi ini, banyak hal yang menjadi masalah di berbagai negara, salah satunya adalah narkoba. Masalah ini kian pelik karena peredarannya kini merambah di dunia pelajar yang merupakan tunas harapan bangsa.
Banyak hal yang menyebabkan pelajar menggunakan narkoba, menurut Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat), banyak alasan praktis yang menyebabkan orang menggunaan narkoba, yaitu untuk merubah perasaan yang sedih menjadi gembira, mengatasi penyakit, melarikan diri dari rasa bosan dan putus asa, meningkatkan interaksi sosial dan meningkatkan pengalaman sensasional atau menyenangkan.
Memang efek yang ditimbulkan narkoba awalnya memang menyenangkan, contohnya saja putau, jenis ini jika dikonsumsi akan membuat pemakainya tiba-tiba bahagia, namun setelah obat ini selesai digunakan, pengguna akan merasakan sakau, yaitu rasa sakit yang timbul setelah pemakaian, diantaranya yaitu rasa gelisah, timbulnya keringat dingin, menggigil, tulang serasa akan patah, ngilu, mual-mual, hidung berair, perut sakit, tulang-tulang serasa ngilu, keringat keluar tidak wajar, pupil mata membesar , diare, tidak bisa tidur (insomnia) dan gampang terpancing untuk berkelahi. Sakau ini akan berhenti dengan satu jalan, yaitu memakai putau lebih banyak lagi. Alhasil, jika terus menerus mengkonsumsi putau organ-organ tubuh rusak, terutama hati mengeras, ginjal juga rusak, bisa sewaktu-waktu mati karena keracunan dan overdosis.
Menghindari penyebaran narkoba yang lebih luas lagi, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegahnya, salah satunya adalah lebih mengintensifkan peran teman sebaya. Menurut data yang dihimpun Gerakan Anti Narkoba (Granat), 63 % penyalahguna narkoba pertama kali menyalahgunakannya pada umur 15 sampai 24 tahun dan 1 diantara 10 penyalahguna narkoba pertama kali memakai pada umur kurang dari 15 tahun. Melihat data tersebut, cara pencegahan yang cukup efektif adalah peer helper.
Sebelum memasuki usia remaja, orangtua memiliki pengaruh yang kuat pada anak, namun pada masa remaja pengaruh tersebut diambil alih oleh teman, hal ini karena dalam keseharian, teman sebayalah yang sering berinteraksi, adanya kesamaan hobi dan aktivitas dapat merekatkan hubungan itu, biasanya nasehat sesama teman lebih komunikatif, tanpa kendala bahasa serta tanpa menggurui sehingga remaja akan lebih percaya dan mengikuti apa yang dikatakan temannya.
Peran teman sebaya akan lebih berkembang lagi jika di dalam sekolah dan masyarakat terdapat organisasi, bisa ekstrakulikuler maupun karang taruna. Semakin intensif organisasi tersebut, pencegahan akan narkoba akan semakin baik, karena dengan berorganisasi teman sebaya akan menjadi motivator dan inisiator yang baik agar tidak terjadi penyalahgunaan narkoba.
Namun di sisi lain, peran teman sebaya tidaklah efektif bila tanpa pengetahuan yang cukup tentang masalah narkoba. Sekolah hendaknya memberikan ilmu kepada siswanya mengenai narkoba dan bahayanya, sehingga siswa memiliki bekal yang cukup untuk tidak menggunakan narkoba.
Menurut Granat (2006), gagalnya penanganan masalah narkoba selama ini karena banyak faktor, seperti tidak adanya kerangka kerja yang berdasarkan penelitian empiris, sehingga pencegahan yang dilakukan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dan juga persepsi masyarakat yang belum menganggap narkoba sebagai permasalahan. Perlu kiranya dukungan semua pihak agar narkoba ini tidak semakin merebak di pelajar kita dan pelajar kita lebih berani untuk mengatakan “tidak” untuk narkoba.

Liesna Eka N
MAHASISWA UGM YOGYAKARTA